Home

Maret 2015 ini Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH UGM) menggelar kembali Forum Umar Kayam, dengan tema:

“KETIKA POLITIK MENJADI SINEMATIK: Politik Kultural Sinema Kontemporer di Indonesia dan Malaysia”

Yang akan diselenggarakan pada: Senin, 23 Maret 2014 Pukul 14.00-16.00 WIB Di Ruang Perpustakaan & Multimedia PKKH UGM

Narasumber: Budi Irawanto (Staf Pengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada) Moderator:

Arie Setyaningrum Pamungkas (Staf Pengajar di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada)

Forum Umar Kayam bersama Budi Irawanto akan memperbicangkan seputar disertasinya perihal sinema kontemporer di Indonesia dan Malaysia.

ABSTRAK

Reformasi politik yang meruyak di Indonesia dan Malaysia sejak 1998 sejatinya bisa menjadi optik untuk melihat pertautan yang pelik antara sinema dan politik di kedua negara. Lebih dari sekadar merepresentasikan gejolak politik, sinema telah menjelma menjadi “politik baru” yang difasilitasi oleh perkembangan teknologi digital yang telah mendemokratisasikan pembuatan film di Indonesia maupun Malaysia. Teknologi digital juga menghidupkan kembali kultur film (melalui moda produksi dan distribusi alternatif maupun festival independen/akar rumput) yang tersungkur akibat krisis moneter, buruknya kualitas produksi film lokal, dominasi film Hollywood serta krisis festival film yang disponsori oleh pemerintah. Melalui proses “inter-referensi” terhadap sinema kontemporer Indonesia dan Malaysia, presentasi ini hendak mengeksplorasi peran sinema dalam menciptakan sensibilitas baru dan menjadikan mereka, yang selama ini disingkirkan dalam tatanan dominan masyarakat, terlihat dan terdengar lewat imaji sinematik. Sinema juga secara aktif mengontruksi fantasi yang mentransgresi kondisi sosio-politik dan tak jarang mendisrupsi tertib sosial dan menyulut kontroversi, tapi sekaligus membangun kesetaraan imajiner yang bisa mendorong ke arah emansipasi politik. Karenanya, di tengah lanskap kontemporer di Indonesia dan Malaysia yang kian dikepung oleh kultur visual realitas sosial kian ditakar dengan imaji sinematik dan pada saat yang sama sinema menjadi kekuatan yang membentuk imajinasi sosial.

SEKILAS TENTANG BUDI IRAWANTO: adalah direktur Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), sebuah festival film terpenting di Indonesia yang berfokus pada sinema Asia. Menyelesaikan studi doktoralnya pada Department of Southeast Asian Studies (National University of Singapore). Ia telah menulis buku dan sejumlah artikel tentang sinema Indonesia serta menjadi juri dalam pelbagai festival film baik nasional maupun internasional

Leave a comment